[PUISI] Tempat Berteduh? - Karya Wardatin Adieliyya

 

Tempat berteduh?

 

Meja itu terlihat penuh dengan barang yang berantakan,

Sudah beralih fungsi menjadi gudang tanpa dinding,

Kursinya pun sudah berada ditempat yang berbeda,

Atau bahkan sudah hancur dan menetap dipenumpukan sampah.

 

Rumahku bukan lagi benar-benar rumah,

Hanya bangunannya saja yang masih ada,

Mengapa bisa aku kehilangan rumah itu?

Meski masih berwujud.

 

Mengapa yang aku menjadi gelandangan jalanan?

Tunawisma yang berpindah tempat untuk sekedar berteduh,

Mengapa aku kehilangan rumah itu?

Atau sekedar mengenali saja aku tak mampu.

Terlampau berbeda,

Terlihat lebih usang, berdebu, bahkan daun menjalari di dindingnya.

Aku kehilangan rumah itu yang wujudnya masih ada namun sulit ku kenali.

Aku kehilangan rumah itu.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika itu...

Jika dicintai itu akan indah tapi aku merasakan sulitnya. Jika cinta adalah bahagia yang kuterima adalah memaksa bahagia. Jika cinta tentang menyatu tapi kami semakin hancur. 18/03/2025 (At home)
Baca selengkapnya

RUMAH ITU MERENGGUTNYA

Tak akan ada yang lebih lelah dari menangkis hujan tanpa payung. Atau perihal gonggongan anjing yang tak bisa kau hentikan jika bukan kau yang beranjak. Percuma saja surat cinta yang kau buat jika tak pernah dibaca. Sedang senangku duduk menatap langit malah diberi hujan oleh tuhan. Dinginnya menusuk hingga ketulang, tak berniatku untuk menepi. Tak ada tujuan lain selain rumah itu. Walau ia hampir roboh dengan tiang yang mulai lapuk tanpa pernah diperbaiki. Intuisiku sudah memberi sinyal bawah ini akan roboh. Bisa saja reruntuhannya akan menimpaku saat sedang terlelap. Tetapi tenang saja takkan ku tinggalkan tempat ini, bahkan saat ia sendiri yang merenggutku. Rabu, 11 Desember 2024 Berteduh Coffe
Baca selengkapnya

MAWAR HITAM - KARYA WARDATIN ADIELIYYA

 PART 1 : SIAPA AKU Kelahiranku yang bertepatan di bulan juni membuat ku melekat dengan bunga mawar, kata mereka pencinta zodiak aku identik dengannya namun siapa sangka aku diberi keistimewaan perihal warna, aku berada dalam kelangkaan yang tak ku harapkan. Usiaku sudah menginjak 21 tahun namun aku tetap membenci akan takdir yang tuhan berikan kepadaku. Mengapa harus aku? perbedaan yang tak pernah ku inginkan, takdir yang menciptakanku dengan warna yang penuh kegelapan, siapa yang harus menerima amarah serta amukan ku? Apakah pantas aku menggerutu kepada tuhan akan hambanya yang tak menerimaku? Apakah pantas aku beri penolakan kepada tuhan yang katanya dialah pencipta yang sempurna? Hari-hariku hanya berisi dengan gerutu, amarah, dendam, dan kebencian akan rekayasa hidup yang tuhan ciptakan untukku. Apa benar yang kau berikan ini adalah yang terbaik? apa benar kau mencintaiku? apa benar ini bukan karma akan kehidupanku sebelumnya? apa yang sebenarnya kau rencanakan tuhan? ka...
Baca selengkapnya