Postingan

Luka Itu Aku

Percayalah tuan yang kau hadapi saat ini adalah aku. Perempuan yang banyak luka disetiap bagian tubuhnya, Luka menahun yang tak kunjung disembuhkan oleh pemilik, Maafkan tuan, sebab kehadiranmu luka ini terbuka kembali, Dengan maksud ingin disembuhkan. Maafkan aku tuan, kau kelimpungan akibatnya. Maafkan tuan, kehadiranmu mendapatiku dengan penuh sayatan. Sekali lagi maafkan aku tuan, jika kau pun terluka saat mengobatinya. Aku adalah kehancuran itu tuan, Menjagamu sampai kau tertidur ucapan terimakasihku. (18/9/2024)

RUMAH ITU MERENGGUTNYA

Tak akan ada yang lebih lelah dari menangkis hujan tanpa payung. Atau perihal gonggongan anjing yang tak bisa kau hentikan jika bukan kau yang beranjak. Percuma saja surat cinta yang kau buat jika tak pernah dibaca. Sedang senangku duduk menatap langit malah diberi hujan oleh tuhan. Dinginnya menusuk hingga ketulang, tak berniatku untuk menepi. Tak ada tujuan lain selain rumah itu. Walau ia hampir roboh dengan tiang yang mulai lapuk tanpa pernah diperbaiki. Intuisiku sudah memberi sinyal bawah ini akan roboh. Bisa saja reruntuhannya akan menimpaku saat sedang terlelap. Tetapi tenang saja takkan ku tinggalkan tempat ini, bahkan saat ia sendiri yang merenggutku. Rabu, 11 Desember 2024 Berteduh Coffe

Aksara Nan Indah - Wardatin Adieliyya

Aksara yang tertulis di setiap puisi, Setiap detak jantung yang mengabadikan kata cinta, Denyut nadi yang menyambung nyawa, Dan nafas yang tak dapat berhenti selagi kau ada didunia, Sekalipun pasir yang terpikir oleh ombak, Tak membuatnya hilang dan berubah jadi lautan.  Enduocafe Jambi, 8 Agustus 2024

Berhayalah - Wardatin Adieliyya

Asmara sudah tak ingin ku kunjungi lagi, Tempat itu terlalu suram tak menyenangkan,  Jika pun indah hanya berisi hayal saja, Dunia bukan hanya perihal cinta, Tapi bila ku temukan mungkin akan ada secercah warna, Ia akan serasi bercampur gelap dan terang, Tentang sebuah pertengkaran kecil atau bahkan yang membuat goyah,  Juga perihal indahnya jika bisa terus bersama, Indah bukan, tapi sayang aku hanya terus berkhayal. Enduocafe Jambi, 8 Agustus 2024

KAPAN BOLEH AKU MENGATAKANNYA - WARDATIN ADIELIYYA

Tuhan, apakah masih tak berhak ku eluhkan lelahku, Sekuat apa engkau membentukku? Apa benar tak boleh ku eluhkan? Terlampau banyak topeng yang ku gunakan, Membuat kaku wajah, Bahwa kapan boleh ku eluhkan? Terkadang aku merindukan aliran itu, Yang mengalir sejenak saja membasahi, Akan mungkin dapat melunturkan warna-warni topeng ini. Kapan tuhan? Kapan kau perbolehkanku menyampaikannya? Topeng ini menyakitkanku, Walau ia berlukis pelangi. Kau tak akan mungkin lupa aku adalah hambamu Sampaikan aku pada waktu itu. 

[PUISI] Tempat Berteduh? - Karya Wardatin Adieliyya

  Tempat berteduh?   Meja itu terlihat penuh dengan barang yang berantakan, Sudah beralih fungsi menjadi gudang tanpa dinding, Kursinya pun sudah berada ditempat yang berbeda, Atau bahkan sudah hancur dan menetap dipenumpukan sampah.   Rumahku bukan lagi benar-benar rumah, Hanya bangunannya saja yang masih ada, Mengapa bisa aku kehilangan rumah itu? Meski masih berwujud.   Mengapa yang aku menjadi gelandangan jalanan? Tunawisma yang berpindah tempat untuk sekedar berteduh, Mengapa aku kehilangan rumah itu? Atau sekedar mengenali saja aku tak mampu. Terlampau berbeda, Terlihat lebih usang, berdebu, bahkan daun menjalari di dindingnya. Aku kehilangan rumah itu yang wujudnya masih ada namun sulit ku kenali. Aku kehilangan rumah itu.